Senin, 23 Mei 2016

BUKU UNTUK BELAJAR BAHASA KOREA OTODIDAK


안녕하세

Annyeong haseyo

Assalamualaikum semuaa...

Dari kemarin saya posting terus soal kisah-kisah saya yang sebenarnya cuma pengen curhat tapi ga tau mau ke siapa. Jadilah nulis di blog yang masih sangat sederhana ini. Btw, terimakasih buat yang sudah pernah baca blog saya yaa..

Oya, baru-baru ini saya sedang belajar bahasa Korea secara otodidak. Banyak alasan kenapa belajar otodidak, salah satunya karena minim budget, jadi harus berkelit dari alasan "nggak punya duit" biar tetep bisa belajar. Selain itu, banyak waktu luang setelah lulus, sayang kalau otaknya dianggurin gitu aja. Nah, belajar bahasa Korea menjadi pilihan dan satu hal : tidak akan ada yang sia-sia dari apa yang kita pelajari. Ilmu itu menerangkan, bukan menggelapkan. Yes!.

Nah, buat temen-temen yang juga mau belajar bahasa korea secara otodidak, bisa nih ikutin cara saya. (Sebetulnya ini juga disarankan oleh teman saya yang sudah belajar Hangeul duluan).

1. temukan E-Book Korean. 

saya sarankan sebaiknya menggunakan buku "MY KOREAN 1"  Buka link-nya di sini http://artsonline.monash.edu.au/korean/my-korean-1/ 
Buku ini cukup mudah dipahami karena alur belajarnya sangat jelas, dari mulai mengenal     Hangeul (karakter korea), kemudian cara menulis, membaca, dan penguasaan vocabulary. E-book ini juga sudah dilengkapi dengan Audio, jadi makin mantap deh logat Koreanya..
Oya, E-book ini menggunakan bahasa Inggris, jadi bisa sekalian belajar bahasa Inggris kan hehe



2. Buat catatan-catatan yang diperlukan dan latih segera.
ini contoh corat-coret saya

















3. Be focus !!

4. Sabar dan istiqomah. Semoga berhasil !


Nah, itu tips dari saya. Selamat belajar Bahasa Korea :D






Minggu, 24 April 2016

Cinta yang tulus

Dua bulan sudah sejak kakakku melahirkan seorang bayi mungil yang cantik. Saat ini, kakakku harus kembali bekerja dan meninggalkan bayinya pada ibu kami untuk mengurusnya. Bayi itu sangat kurus dan kecil. Lebih kecil dari bayi seusianya.

Setiap hari ibuku selalu merawatnya, memandikannya, membuatkannya susu formula, mengganti popoknya, menenangkannya saat menangis dan masih banyak lagi. Ia selalu memanggil bayi itu dengan sebutan “sayang” dan  “cantik”. Sebulan kemudian, bayi itu mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Dalam waktu sebulan beratnya bertambah 2 kg sekaligus. Padahal dua bulan pertama setelah kelahirannya, bayi itu sakit-sakitan dan lemah.

Aku menyimpulkan sendiri, bahwa seorang bayi akan tumbuh dengan cinta dan kasih sayang. Mereka tidak pernah memilih siapa. Tetapi mereka akan menerima siapapun yang datang dengan cinta yang tulus. Dan ketulusan cinta ibuku, telah membuatnya tumbuh pesat dan sehat. Dua tahun kemudian, bayi itu telah tumbuh menjadi anak kecil yang sehat, pintar dan aktif melebihi anak-anak seusianya.

Sabtu, 23 April 2016

Ayah, ini sepenggal kisah bersamamu !!!

Suatu sore, menjelang magrib, sebuah sepeda tua meluncur dari tikungan ujung jalan. Sepeda itu menuju sebuah rumah mungil. Seorang laki-laki muda dengan senyum khasnya turun dari sepeda itu sembari membuka topinya, menunjukkan rambut hitam yang terselip beberapa uban. Tiga anak perempuan yang belum sekolah dengan girang menghampiri pria itu. Tampak mereka merengek menanyakan sesuatu.

“Bapak bawa oleh-oleh apa?”

Tepat sebelum matahari hampir terbenam, pria itu telah sengaja menghentikan perjalanannya di sebuah persawahan bekas tanaman padi. Tanah tidur selepas panen padi di musim kemarau selalu ditumbuhi tanaman perdu “ciplukan”. Tanaman ini memiliki buah kecil serupa ceri yang manis. Pria itu telah mengambil beberapa buah (hampir satu kresek hitam kecil) untuk dibawa pulang. Tidak lain, buah itu akan dijadikannya oleh-oleh untuk anak-anaknya.

Tiga anak kecil itu pun segera mengerumuni kresek hitam itu dengan penuh keceriaan. Demi sebuah senyum, apapun bisa dijadikan “alat” oleh seorang ayah, meski hanya berwujud buah dari tanaman perdu yang terabaikan. Ayah selalu punya cara.

Senin, 21 Maret 2016

sudut pandang

membaca artikel dari orang-orang yang memiliki pemikiran jernih membuatku kembali tentang perjalanan hidupku. sudahkah aku menetapkan tujuan yang benar? lalu bagaimana caranya mencapai tujuan itu? 

Hidup terkadang terasa sulit, seperti saat dimana aku sedang memikirkan ini dan itu. begini dan begitu. apa kata si ini dan si itu. mengapa hidup jadi "rempong" gara-gara "ini dan itu"?? untuk siapa aku hidup? buat apa aku hidup? jelas bukan untuk mereka, bukan karena mereka. meskipun, dengan mereka dan apa yang merekan lakukan, bisa jadi menjadi pemantik untuk kita lebih maju.

tapi ada segelintir orang yang begitu bisa memandang hidup ini dari sudut pandang lain. memandang hidup dari sisi sederhana yang sering orang abai. mereka menginspirasi. berfikir berbeda, berfikir terbuka. mereka mungkin adalah jalan hidayah bagi manusia-manusia yang selalu mengejar dunia.

http://kurniawangunadi.tumblr.com silakan baca link ini. dari seorang penulis yang bijaksana, memandang hidup dengan sudut pandang sederhana yang membuat pembacanya malu jika tidak segera bersyukur.

semoga bermanfaat :)

Kamis, 27 Agustus 2015

The winter August

August, hari berganti nama menjadi esok tanpa bekas. malam terlewati diantara lelah dan payah, mungkin juga malas untuk sekedar bangun menghirup malam di balik tetesan air wudlu. aku menyesal, menyesali hari-hari yang hampa terlampaui tanpa angin sepoi-sepoi meniup ujung telingaku. aku, masih saja di sini, sedangkan mereka yang dulu kukenal sebagai teman telah lebih dulu jauh berjalan.

Aku, aku masih saja di sini. namun tak urung langkah kaki kuayun menuju peradaban cahaya terang. walau terkadang cahaya itu begitu silau hingga tak bisa kubedakan mana dunia, mana fana, mana nyata. ambisi, citacita atau apalah kalian menyebutnya, bagiku hidup adalah cukup. tapi hidup saja tidak cukup. aku ingin bahagia. sebagaimana para pendahulu yang mencari bahagia melalui mati syahid, aku pun juga ingin meraihnya. ketika para ustadz dan ahli ilmu agama menyerukan tauhid, bahwa hanya Allah yang akan menolong kita dan membalas semua amal baik/buruk kita. aku percaya, sungguh. meskipun beberapa orang berfikir bahwa dakwah itu adalah menyeru pada orang lain, namun bagiku dakwah itu adalah keinginanku menuju syurga bersama orang-orang yang kucintai.

Membahagiakan mereka di dunia selagi bisa, selagi mampu, selagi muda, selagi mereka masih hidup, selagi aku masih hidup. aku tak punya banyak waktu, sedangkan pokok pohon itu semakin menua. aku tak punya banyak waktu untuk bermain dan bersendaugurau. meski kadang pilihanku adalah salah karena aku menjadi tak mengenal dunia di sekelilingku. 

Dua tahun sudah terlampaui. aku ingin kembali merasakan angin sepoi-sepoi menjelang subuh. aku ingin kembali berimaji ayat-ayat suci yang diturunkan Tuhan yang Esa. aku ingin kembali di sela-sela musim dingin agustus.. aku ingin kembali setelah sakit yag begitu lama. aku ingin kembali menyambut musim semi yang menumbuhkan dedaunan hijau dan bunga-bunga merah jambu miliki pokok phon tua itu :D

Jumat, 21 Agustus 2015

Sebuah Perjalanan

20 Agustus 2015 menjadi hari bersejarah dalam hidupku. Setelah 4 tahun 11 bulan menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, alhamdulillah dengan penuh perjuangan aku dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Tentunya, pencapaian ini tidak luput dari usaha, kerja keras, dan do’a-do’a yang senantiasa dipanjatkan kepada Sang Khaliq.

Saat ini, sudah tersemat gelar Sarjana Peternakan di belakang nama azimat pemberian orangtua “Puput Rahayu, S.Pt. Sungguh tidak mudah saya menerima gelar ini. Ada begitu banyak hal yang terpikul bersama dengan gelar Sarjana yang mungkin banyak diidamkan oleh beberapa orang. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, telah banyak hal saya lalui selama menempuh pendidikan di bangku perkuliahan ini hingga saya dapat keluar dengan husnul khotimah.

Perjalanan saya di bangku kuliah dimulai sejak saya duduk di bangku SMA. Saat itu saya meminta izin kepada ibu saya untuk mengikuti UM-UGM 2010. Dengan bekal uang Rp 220.000,00 saya memberanikan diri mengikuti seleksi utul di UGM setelah 4 kali sholat istikharah (seingat saya). Waktu itu saya berfikir bahwa “Jika saat ini saya diterima di UGM, berarti kesuksesan saya melalui bangku kuliah. Akan tetapi jika saya tidak diterima, maka takdir saya bukan melalui jalan ini”. Dan akhirnya, pada bulan Mei minggu ke-3, saya dinyatakan diterima di Fakultas Peternakan UGM.

Perjalanan baru dimulai. Sistem SPMA dan BOP membuat ibu harus mencari biaya kesana-kemari untuk kuliah saya, padahal saat itu adik saya juga sedang masuk SMA. Ibu saya yang seorang single parent begitu berusaha keras agar anaknya bisa meraih impiannya, meskipun dengan mencari pinjaman. Ya, saya adalah anak yatim sejak umur 12 tahun. Bapak meninggal karena serangan tumor dan membuat ibu menjadi orangtua tunggal yang tidak memiliki ketrampilan apapun. Beliau membesarkan kami dan menyekolahkan kami dengan bekerja sebagai buruh kasar. Bahkan saat saya di bangku kuliah, ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan harus tinggal terpisah dari kami semua dan hanya bertemu paling cepat 2 minggu sekali.
Ibu adalah wanita terhebat dalam hidup saya. Pahitnya kehidupan telah kenyang ia rasakan. Namun demikian, getirnya perjalanan tidak membuatnya patah semangat ataupun tidak bersyukur. Beliau selalu bahagia dengan hal-hal sederhana, makan kenyang, minum teh panas, melihat anak-anaknya ada di rumah, semua itu adalah kebahagiaannya. Beliau juga selalu mendukung apapun yang menjadi cita-cita kami, tanpa peduli bagimana nanti, karena beliau percaya bahwa “nanti” adalah urusan Allah. Rejeki itu pasti datang tanpa bisa disangka-sangka dari mana. Optimis, semangat, membantu, memotivasi dan menenangkan saat kami sedang dalam masalah.

Meski begitu, perjalanan saya di bangku kuliah ini juga diwarnai dengan onak duri yang menyakitkan. Namun, perjalanan saya juga diwarnai oleh pelangi dan bunga-bunga. Saya merasa bersyukur dengan pemberian ini. Semester pertama saat kuliah, saya belum mendapatkan beasiswa. Saat itu saya hanya membawa bekal Rp 50.000,00 untuk satu bulan. Tidak tahu bagaimana caranya hidup, Allah memberi petunjuk supaya saya berjualan. Dagangan pertama saya adalah Tempe Mendoan buatan pribadi dengan modal Rp 20.000,00 dan tanpa untung 1 rupiah pun. Dengan pengalaman pertama itu, saya mulai berfikir bagaimana supaya saya bisa mendapatkan keuntungan agar saya bisa memutar uang saya lebih lama. Akhirnya, saya berjualan makanan kecil seperti jajanan pasar, kue-kue, baju, aksesoris dll. saya memasak kue yang saya jual, saat itu saya mulai tidur jam 11 malam dan bangun jam 2 pagi. Saya memasak di dapur kontrakan ditemani dua malaikat. Saat subuh tiba, saya baru selesai memasak dan belum mengemas. Pukul 6 pagi saya sudah selesai mengemas dan mulai berangkat ke kampus dengan berjalan kaki  selama +/- 60 menit. Alhamdulillah, sebesar 10.000 rupiah bisa saya kantongi setiap hari dan cukup untuk makan seadanya. Uang Rp 50.000,00 pun bisa cukup untuk sebulan.

Bulan ke-3 masa perkuliahan, saat itu sedang diadakan mid test. Saya masih ingat betul hari itu hari Senin dan sedang ujian matematika dasar. Saat itu saya hampir DO karena tekanan dari salah satu keluarga yang menyuruh saya keluar dari perkuliahan dan bekerja saja. Hari itu juga saya dipaksa mendaftar kerja di Depnaker untuk tujuan Pulau Batam. Saya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dalam ujian. Saya merasa bahwa meskipun saya ujian, sepertinya tidak akan berguna karena sebentar lagi saya akan keluar. Soal matematika hanya sepeti kecambah yang bertaburan. Saya tidak begitu jelas melihat angka-angkanya. Sangat stressnya saya hari itu, saya sempat membentak salah satu teman. Dan jujur, saya merasa begitu bersalah. Sepulang dari kampus, saya langsung ke depnaker. Benar saja, ada lowongan kerja di Bintan, bukan Batam. Tes langsung dilaksakan hari itu juga. Beberapa soal Psikotest saya jalani bersama sekitar 30 orang pelamar. Saya mengerjakannya dengan begitu mudah. Dan benar saja, hari Rabu saya dinyatakan diterima, dan tinggal satu tahap yaitu tes kesehatan lalu berangkat ke Bintan.

Sejak pengumuman itu, entah mengapa saya tidak peduli lagi. Saya membiarkan undangan tes kesehatan dan mencoba menata hati. Saya meyakinkan keluarga saya bahwa saya tidak akan membuat mereka repot dengan pilihan saya. Saya tidak akan meminta uang sepeserpun untuk biaya kuliah saya. Saya begitu lantang dan berani membuat pernyataan tersebut, walaupun dalam hati saya lantak dan hancur, menangis, takut, cemas. Saya yakin bahwa kuliah adalah jalan saya meraih kesuksesan, apalagi ibu memberi dukungan penuh, jadi saya tidak ingin mengecewakan.

Semester II alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan beastudi Etos yang akhirnya menjadi beasiswa sekaligus rumah bagi saya untuk 2,5 tahun berikutnya. Setelah saya dinyatakan tidak berhak menerima beasiswa Bidikmisi, meskipun saya sudah menemui Rektor UGM kala itu secara langsung, hasilnya tetap nihil. Saya sempat down, karena saya tidak tahu bagaimana nasib saya nanti. Alhamdulillah, ternyata Allah berencana lain. Etos adalah tempat yang paling tepat untuk saya. Meskipun uang saku tidak begitu banyak bila dibandingkan Bidikmisi, Depag atau beasiswa lain, dan hanya tahun pertama gratis biaya kuliah, namun saya merasa memiliki tempat untuk pulang dan menjadi lebih baik. Etos mempertemukan saya dengan Erna yang unik, kuat dan ceria; Lani’ah yang manja tapi kuat (aneh ><); Wiwid yang lembut dan innocent; Lia (alm) yang ceria dan supel; Lovin yang kuat tapi juga rapuh, Nining yang disiplin tapi juga otoriter; Birul yang semangat, prestasilover, dan kadang ceroboh; Fajar yang sensitif dan suka bercerita; Riski yang misterius dan geje, Dani yang kutubuku tapi selow, Dita yang diem dan pinter, dan juga saya sendiri yang sensitif dan baper. Aku mencintai kalian karena Allah. Terlepas dari konflik batin yang pernah terjadi, jujur aku merindukan kalian, teman.

Waktu terus berjalan, hingga saya juga mengenal teman-teman seperjuangan di KMFPT dan BEM Fapet. Latifah yang usil tapi perhatian; Adnan yang diem dan sholih; Satria yang kutu buku dan semangat, Muhsin yang aktif dan ambisius; Maya yang ngeyel tapi pinter; Dwi yang sabar dan lembut; Rini yang ceria dan semangat; Rahmad yang suka garing dan strategik; Imam yang pekerja keras (kayaknya ><); Atik yang pinter dan kompetitif (hehe); Miftah yang banyak ngomong dan supel; Naily yang cuek dan kritis; Ismi yang sabardan tangguh; dan Tika yang tegas. Kalian telah membuat warna-warna mejiku dalam barisan pelangiku.  Ukhibukhi fillah..

Di akhir-akhir masa studi, saya dipertemukan dengan Evi yang kepo dan perhatian; Zizah yang frontal dan tegas; Eni yang dewasa dan bijaksana; juga Susan yang manis dan selalu menenangkan. Terimakasih sudah menambah wangi aroma bunga-bungaku.

Gelar sarjana yang kini tersandang, seharusnya menjadi bahan instrospeksi diri. Berkaca apakah sudah ada hal yang kupersembahan “padamu negeri”? Bahkan dalam hal sederhana saja, berteman. Aku tak punya banyak teman. Aku tidak pandai berteman. Mungkin aku terlihat acuh dan tidak perhatian, tapi kesan-kesan tadi mungkin adalah hasil perhatian invisible-ku. Tidak banyak hadiah wisuda, tidak banyak ucapan selamat wisuda, tidak banyak kado ulang tahun, tidak banyak ucapan selamat ulang tahun, tidak banyak foto selfie bersama kalian, namun aku bersyukur. Seperti kata ibu Naruto padanya sebelum mati, “carilah teman, tidak perlu banyak. Kau hanya perlu mencari teman yang bisa kau percaya dan mempercayaimu”. Terimakasih sudah menjadi teman bagiku, saudara seiman yang senantiasa mengingatkanku untuk kembali ke jalan yang diridhoi. Bahkan tanpa kalian berkata apapun, aku mengingat Allah melalui wajah-wajah kalian, tatapan mata kalian yang mengisyaratkan cinta dan keridhoan Allah. Semoga persahabatan kita kekal sampai di Syurga, aamiin.

Terimakasih Mamak, Bapak (alm), Mbak Ika, Estri dan Simbok. Kalian adalah rumah yang akan selalu menjadi tempatku pulang.

Terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan yang telah membagi ilmunya dengan penuh keikhlasan. Semoga Allah membalas jasa-jasa kalian dengan balasan terbaik-Nya. Aamiin.

Ya Allah, berkahilah ilmu yang Kau beri untukku
Tambahkanlah ilmu-Mu padaku
Dan angkatlah derajatku sebagaimana janji-Mu












Bantul, 21 Agustus 2015. 11.12 p.m. 

Kamis, 04 Desember 2014

"menyambung hidup itu penting, tapi memaknai hidup jauh lebih penting"

itu sedikit kutipan dari sebuah buku yang berjudul satanic finance yang kubaca kemarin sore.
ada makna mendalam dari kutipan itu, juga dari buku yang belum selesai kubaca.
dimana dalam buku tersebut diceritakan tentang kejahatan syaitan dalam menjerumuskan manusia ke dalam neraka hanya dengan "uang". buku tersebut juga menceritakan tentang bahaya utang  yang jelas-jelas telah diwanti-wanti oleh baginda Nabi SAW.

kemiskinan menjadi pintu bagi kemaksiatan.

ya, hal itu begitu terngiang-ngiang. ketika manusia atau sekumpulan manusia mengalami kemiskinan maka akan mungkin melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan, termasuk dengan hutang. syaitan akan melakukan berbagai cara agar manusia tak bisa masuk syurga, sebaliknya menjadi teman syaitan di neraka.

satu lagi kutipan hadist yang menarik :
setiap orang yang mati syahid akan masuk syurga, kecuali yang meninggalkan hutang.

tahukah kalian mengapa ada sistem kredit di bank, termasuk credit card ? itulah cara syaitan untuk membelit manusia dalam hutang, memenuhi nafsu dan keinginan tanpa memperhatikan kondisi ekonomi yang riil.

sebaliknya, pihak bank justru yang mendulang keuntungan besar dari bisnis setan ini.
jadi, mari kita lebih berhati-hati dalam menggunakan harta kita. ingatkah kalian salah satu sifat mahmudah yang kita pelajari saat SD? Qana'ah atau merasa cukup atas pemberian Allah, sehingga tidak mudah bagi kita untuk berhutang hanya demi memenuhi hasrat sementara.
mari berdo'a agar Allah memberikan keberkahan atas rizki-rizki yang diberikanNya pada kita.

ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang. dan aku memohon kepadaMu atas kejayaan.
Amin ya rabbal 'alamin

wallahua'lam bis shawab